Pengenalan potensi kewirausahaan dan faktor-faktor
pendorong
1.
Melinda
2.
Mariyati
3.
M. Khidir
4.
Ozi agusta
5.
Popi kasari
6.
Yuni Kartika
7.
Zendra Hidayat
Dosen
: khairiyah El Wardah
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
FAKULTAS
SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
PRODI
AHWAL AL-SYAKHSIYAH
2013
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur marilah kita
panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak nikmat
yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari begitu banyak nikmat yang telah
didapatkan dari Allah SWT. Selain itu, penulis juga merasa sangat bersyukur
karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun islam.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang merupakan tugas mata kuliah
Kewirausahhan. Penulis sampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada dosen
pengampu mata kuliah Kewirausahaan, Lilik Setiono, S.Pd.Si, M.Pd.Si. dan semua
pihak yang turut membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari dalam makalah ini
masih begitu banyak kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan baik dari
isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan dikemudian hari.
Demikian semoga makalah ini
memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan khususnya bagi penulis
sendiri. Amin.
Bengkulu, Juli
2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kewirausahaan
(Entrepreneurship) adalah
proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan.
Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam
menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha
baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.
Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan
oleh Richard Castillon pada tahun 1755. Beberapa istilah wirausaha seperti di
Belanda dikenadengan ondernemer, di Jerman dikenal dengan unternehmer.
Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa negara
seperti Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan sejak 1970-an banyak universitas
yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen usaha kecil. Pada tahun 1980-an,
hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan. DI
Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau
perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan
seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan
formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan
menjadi berkembang.
Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut
wirausahawan. Muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur)
mempunyai cara berpikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka
mempunyai motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait
dengan nilai nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul.
Pada makalah ini dijelaskan tentang pengertian, hakekat,
ciri-ciri dan karakteristik dan peran kewirausahaan dalam perekonomian
nasional.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa pengenalan potensi kewirausahhan?
2. Apa faktor-faktor pendorong kewirausahaan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN
Berasal dari kata enterpteneur yang berarti orang yang
membeli barang dengan harga pasti meskipun orang itu belum mengetahui berapa
harga barang yang akan dijual. Wirausaha sering juga disebut wiraswasta yang
artinya sifat-sifat keberanian, keutamaan, keteladanan dalam mengambil resiko
yang bersumber pada kemampuan sendiri. Meski demikian wirausaha dan wiraswasta
sebenarnya memiliki arti yang berbeda . Wiraswasta tidak memiliki visi
pengembangan usaha sedangkan wirausaha mampu terus berkembang dan mencoba usaha
lainnya. Istilah lainnya yang semakna dengan wirausaha adalah wiraswasta.
Istilah wiraswasta lebih sering dipakai dan lebih dikenal daripada wirausaha.
Padahal, keduanya bermakna sama dan merupakan padanan dari kata entrepreneur.
Kata wiraswasta berasal dari gabungan wira-swa-sta dalam bahasa sansekerta.
Wira berarti utama, gagah, luhur, berani, teladan, atau pejuang; swa berarti
sendiri atau mandiri; sta berarti berdiri; swasta berarti berdiri ditas kaki
sendiri atau dengan kata lain berdiri di atas kemampuan sendiri. Sedangkan
wirausahawan mengandung arti secara harfah, wira berarti berani dan usaha
berarti daya upaya atau dengan kata lain wirausaha adalah kemampuan atau
keberanian yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan menilai kesempatan bisnis,
mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat
dan mengambil keuntungan dalam rangka meraih kesuksesan.
Berdasarkan makna-makna tersebut, kata wiraswasta atau
wirausaha berarti pejuang yang gagah, luhur, berani dan pantas menjadi teladan
di bidang usaha. Dengan kalimat lain, wirausaha adalah orang-orang yang
mempunyai sifat-sifat kewiraswastaan atau kewira-usahaan. Ia bersikap berani
unuk mengambil resiko. Ia juga memiliki leutamaan, kreatifitas, dan teladan
dalam menangani usaha atau perusahaan. Keberaniannya berpijak pada kemampuan
sendiri atau kemandiriannya. Pengertian lainnya menyebutkan kewirausahaan
adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan
kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta
kebebasan pribadi.
Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para
ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya.
Richard Cantillon (1775) misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja
sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini
pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga
tidak menentu. Jadi definisi inikewirausahaan adalah lebih menekankan pada
bagaimana seseorang menghadapi risiko atau ketidakpastian. Berbeda dengan para
ahli lainnya, menurut Penrose (1963) kegiatan kewirausahaan mencakup
indentfikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi sedangkan menurut Harvey
Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk
menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk
atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum
diketahui sepenuhnya dan menurut Peter Drucker, kewirausahaan adalah
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Menurut Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993:35)
wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung
resiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Secara esensi pengertian
entrepreneurship adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir
dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya
dan selalu berorientasi kepada pelanggan. Atau dapat juga diartikan sebagai
semua tindakan dari seseorang yang mampu memberi nilai terhadap tugas dan
tanggungjawabnya. Adapun kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jiwa
yang selalu aktif dalam berusaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka
upaya meningkatkan pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Selain itu
kewirausahan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat,
dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan
adalah kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and
different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan
peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada hakekatnya kewirausahaan adalah
sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan
inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif.
B.
HAKEKAT KEWIRAUSAHAAN
Dari beberapa konsep yang ada ada 6 hakekat penting
kewirausahaan sebagai berikut ( Suryana,2003 : 13), yaitu :
1.
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam
perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat,
kiat, proses, dan hasil bisnis (Acmad Sanusi, 1994).
2.
Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different)
(Drucker, 1959).
3.
Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan
inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan (Zimmerer. 1996).
4.
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk
memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth)
(Soeharto Prawiro, 1997).
5.
Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu
yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat
memberi nilai lebih.
6.
Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan
jalan mengkombinasikan sumber-sumber melaui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara
mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru
untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki
produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan
kepuasan kepada konsumen.
C. CIRI - CIRI
DAN KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN
Ciri-ciri
seorang wirausahaan adalah:
·
Percaya
diri
·
Berorientasikan
tugas dan hasil
·
Pengambil
risiko
·
Kepemimpinan
·
Keorisinilan
·
Berorientasi
ke masa depan
·
Jujur dan
tekun
Menurut
Munawir Yusuf (1999) Ciri kewirausahaan yaitu:
1.
Motivasi berprestasi
2.
Kemandirian
3.
Kreativitas
4.
Pengambilan resiko (sedang)
5.
Keuletan
6.
Orientasi masa depan
7.
Komunikatif dan reflektif
8.
Kepemimpinan
9.
Locus of Contro
10.
Perilaku instrumental
11.
Penghargaan terhadap uang.
Ciri dan Kemampuan Wirausahaan Tangguh:
Berpikir
dan bertindak strategik, adaptif terhadap perubahan dalam berusaha mencari
peluang keuntungan termasuk yang mengandung resiko agak besar dan dalam
mengatasi masalah. Selalu berusaha untuk mendapat keuntungan melalui berbagai keunggulan dalam memuaskan langganan. Berusaha mengenal dan mengendalikan kekuatan dan kelemahan perusahaan (dan pengusahanya) serta meningkatkan kemampuan dengan sistem pengendalian intern. Selalu berusaha meningkatkan kemampuan dan ketangguhan perusahaan terutama dengan pembinaan motivasi dan semangat kerja serta pemupukan permodalan.
mengatasi masalah. Selalu berusaha untuk mendapat keuntungan melalui berbagai keunggulan dalam memuaskan langganan. Berusaha mengenal dan mengendalikan kekuatan dan kelemahan perusahaan (dan pengusahanya) serta meningkatkan kemampuan dengan sistem pengendalian intern. Selalu berusaha meningkatkan kemampuan dan ketangguhan perusahaan terutama dengan pembinaan motivasi dan semangat kerja serta pemupukan permodalan.
Ciri-ciri seorang wirausahaan adalah:
1.
Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas,
optimisme.
2.
Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba,
memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras,
energik ddan memiliki inisiatif.
3.
Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan.
4.
Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang
lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun.
5.
Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba
bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas.
6.
Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada
masa depan.
7.
Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras.
Pendapat
lain M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993; 6-7 )
mengemungkakan delapan karakteristik yang meliputi :
1. Memiliki rasa tanggung jawab atas
usaha-usaha yang dilakukannya.
2. Lebih memilih risiko yang moderat.
3. Percaya akan kemampuan dirinya untuk
berhasil
4. Selalu menghendaki umpan balik yang
segera
5. Berorientasi ke masa depan,
perspektif, dan berwawasan jauh ke depan
6. Memiliki semangat kerja dan kerja
keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik .
7. Memiliki ketrampilan dalam
mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.
8. Selalu menilai prestasi dengan uang.
POTENSI
DIRI Dalam KEWIRAUSAHAAN
A.
Pengertian
Potensi Diri
Potensi diri
merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang belum terwujud maupun yang telah
terwujud, yang dimiliki seseorang, tetapi belum sepenuhnya terlihat atau
dipergunakan secara maksimal. Jadi kalau dihubungkan dengan kewirausahaan
berarti kemampuan, kekuatan yang dimiliki seseorang dalam berusaha atau
melakukan suatu usaha.
Secara
umum, potensi dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
- Kemampuan dasar, seperti tingkat intelegensi, kemampuan abstraksi, logika dan daya tangkap.
- Etos kerja, seperti ketekunan, ketelitian, efisiensi kerja dan daya tahan terhadap tekanan.
- Kepribadian, yaitu pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan, serta kebiasaan seseorang, baik jasmaniah, rohaniah, emosional maupun sosial yang ditata dalam cara khas di bawah aneka pengaruh luar.
Menurut
“Howard Gardner”, potensi yang terpenting adalah intelegensi, yaitu
sebagai berikut:
- Intelegensi linguistik, intelegensi yang menggunakan dan mengolah kata-kata, baik lisan maupun tulisan, secara efektif. Intelegensi ini antara lain dimiliki oleh para sastrawan, editor, dan jurnalis.
- Intelegensi matematis-logis, kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan pada kepekaan pola logika dan perhitungan.
- Intelegensi ruang, kemampuan yang berkenaan dengan kepekaan mengenal bentuk dan benda secara tepat serta kemampuan menangkap dunia visual secara cepat. Kemampuan ini biasanya dimiliki oleh para arsitek, dekorator dan pemburu.
- Intelegensi kinestetik-badani, kemampuan menggunakan gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan. Kemampuan ini dimiliki oleh aktor, penari, pemahat, atlet dan ahli bedah.
- Intelegensi musikal, kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Kemampuan ini terdapat pada pencipta lagu dan penyanyi.
- Intelegensi interpersonal, kemampuan seseorang untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, motivasi, dan watak temperamen orang lain seperti yang dimiliki oleh seseorang motivator dan fasilitator.
- Intelegensi intrapersonal, kemampuan seseorang dalam mengenali dirinya sendiri. Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan berefleksi (merenung) dan keseimbangan diri.
- Intelegensi naturalis, kemampuan seseorang untuk mengenal alam, flora dan fauna dengan baik.
- Intelegensi eksistensial, kemampuan seseeorang menyangkut kepekaan menjawab persoalan-persoalan terdalam keberadaan manusia, seperti apa makna hidup, mengapa manusia harus diciptakan dan mengapa kita hidup dan akhirnya mati.
Potensi diri sebaiknya dikembangkan dengan cara berusaha
dengan keras. Karena potensi ini tidak akan berpengaruh bila kita tidak
berusaha untuk mengembangkan dan mewujudkanya.
Sifat
Seorang Wirausaha
Seoarang
wirausaha agar selalu bertahan dalam kewirausahaan harus memiliki sifat-sifat
seperti berikut:
1.
Percaya
Diri.
Wataknya
: Keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.
2.
Berorientasikan
Tugas dan Hasil.
Wataknya:Kebutuhan
akan prestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan,
memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik dan emiliki inisiatif.
3. Pengambil Resiko.
Wataknya : Memiliki kemampuan
mengambil resiko dan suka pada tantangan
4.
Kepemimpinan.
Wataknya : Bertingkah laku sebagai
pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik
yang membangun.
5.
Keorisinilan.
Wataknya : Memiliki inovasi dan
kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang
luas.
6.
Berorientasi ke Masa Depan.
Wataknya : Persepsi dan memiliki
cara pandang/ cara pikir yang berorientasi pada masa depan.
7.
Jujur dan tekun.
Wataknya : Memiliki keyakinan bahwa
hidup itu sama dengan kerja
8.
Berjiwa besar
Setiap hal yang dilakukan tak jarang
akan berakibat pada kegagalan. Namun jika Anda memiliki jiwa wirausaha,
seharusnya hal ini tidak akan membuat Anda merasa kalah. Justru, semangat Anda
terpacu untuk maju dan berusaha lebih baik lagi.Ketika ide Anda ditolak, atau
misalnya ada karyawan baru yang dinilai lebih aktif, maka Anda harus berjiwa
besar dan justru menjadi semangat Anda untuk maju,dan mencari ide yang lebih
kreatif yang lain untuk suatu masalah yang lain pula.Pantang menyerah dan terus
usaha,itu kunci Anda untuk sukses.
Dari
daftar ciri dan sifat watak seorang wirausahawan di atas, dapat kita
identifikasi sikap seorang wirausahawan yang dapat diangkat dari kegiatannya
sehari-hari, sebagai berikut:
A.
Disiplin
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus
memiliki kedisiplinan yang tinggi.Arti dari kata disiplin itu sendiri adalah
ketepatan komitmen wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud bersifat
menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja
dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu, dapat
dibina dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan waktu yang direncanakan. Sifat
sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan, adalah kendala yang
dapat menghambat seorang wirausahawan meraih keberhasilan.
Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat
dibina dengan ketaatan wirausahawan akan komitmen tersebut.Wirausahawan harus
taat azas. Hal tersebut akan dapat tercapai jika wirausahawan memiliki
kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausahawan
akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan
akan kualitas pekerjaan dan sistem kerja.
B.
Komitmen Tinggi
Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat
oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan kegiatannya,
seorang wirausahawan harus memiliki komimten yang jelas, terarah dan bersifat
progressif (berorientasi pada kemajuan).Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat
dibuat dengan mengidentifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang
direncanakan dalam hidupnya.
Sedangkan contoh komitmen wirausahawan terhadap orang lain
terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan
konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang ditawarkan,
problem solving bagi masalah konsumen, dan sebagainya. Seorang wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadap
konsumen, akan memiliki nama baik (goodwill) di mata konsumen yang akhirnya
wirausahawan tersebut akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan dampak
pembelian terus meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target perusahaan
yaitu memperoleh laba yang diharapkan.
C.
Jujur
Kejujuran merupakan landasan moral yang terkadang dilupakan
oleh seorang wirausahawan.Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks. Kejujuran mengenai karakteristik
produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang
dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purna jual yang dijanjikan dan
kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk yang
dilakukan oleh wirausahawan.
D.
Kreatif dan Inovatif
Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan
harus memiliki daya kreativitas yang tinggi.Daya kreatifitas tersebut sebaiknya
adalah dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan
baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di
pasar.Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang,
bentuk ataupun waktu.Justru seringkali ide-ide jenius yang memberikan
terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh
gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil. Namun, gagasan-gagasan yang baikpun, jika tidak
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, hanya akan menjadi sebuah mimpi.Gagasan-gagasan
yang jenius umumnya membutuhkan daya inovasi yang tinggi dari wirausahawan yang
bersangkutan.Kreativitas yang tinggi tetap membutuhkan sentuhan inovasi agar
laku di pasar.
Inovasi yang dibutuhkan adalah kemampuan wirausahawan dalam
menambahkan nilai guna/nilai manfaat terhadap suatu produk dan menjaga mutu
produk dengan memperhatikan “market oriented” atau apa yang sedang laku
dipasaran. Dengan bertambahnya nilai guna atau manfaat pada sebuah produk, maka
meningkat pula daya jual produk tersebut di mata konsumen, karena adanya
peningkatan nilai ekonomis bagi produk tersebut bagi konsumen.
E.
Mandiri
Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat
melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalam mengambil
keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya
ketergantungan dengan pihak lain.
Kemandirian
merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan.Pada
prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi
kegiatan usahanya.
F.
Realistis
Seseorang dikatakan Realistis bila orang tersebut mampu
menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasionil dalam setiap
pengambilan keputusan maupun tindakan/perbuatannya.Banyak seorang calon
wirausahawan yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan
hanya karena wirausahawan tersebut tidak realistis, obyektif dan rasionil dalam
pengambilan keputusan bisnisnya. Karena
itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap
masukan-masukan/sumbang saran yang ada keterkaitan erat dengan tingkat
keberhasilan usaha yang sedang dirintis.
Tipe
kepribadian dalam Kewirausahaan
Ada
9 Tipe Kepribadian wirausaha yaitu:
1.
The
Improver.
Kita memiliki kepribadian ini jika kita menjalankan bisnis
dengan menonjolkan gaya improver alias ingin selalu memperbaiki. Kita
menggunakan perusahaan yang kita miliki untuk memperbaiki dunia.Improver
memiliki kemampuan yang kokoh dalam menjalankan wirausaha.Mereka juga memiliki
intergritas dan etika yang tinggi.
Personality
Alert: Waspadai sifat kita yang cenderung menjadi perfeksionis dan terlalu
kritis terhadap karyawan dan pelanggan.
2.
The
Advisor.
Tipe
kepribadian wirausaha seperti ini bersedia memberikan bantuan dan saran tingkat
tinggi bagi para pelanggannya. Motto dari advisor ini yaitu pelanggan adalah
benar dan kita harus melakukan apa saja untuk menyenangkan mereka.
Personality
Alert: Seorang advisor bisa jadi terlalu fokus pada kebutuhan bisnis mereka dan
pelanggan, sehingga cenderung mengabaikan kebutuhan mereka sendiri dan
bisa-bisa malah cape hati sendiri. Contoh Entrepreneur: John W. Nordstrom,
pendiri Nordstorm.
3.
The Superstar.
Inilah
wirausaha yang pusatnya dikelilingi oleh kharisma dan energi tinggi dari Sang
CEO Superstar.Wirausaha dengan kepribadian seperti ini biasanya membangun usaha
mereka dengan personal brand mereka sendiri.
Personality
Alert: Wirausaha dengan tipe ini bisa menjadi terlalu kompetitif dan
workaholics.
4.
The Artist.
Kepribadian
wirausaha seperti ini biasanya senang menyendiri tapi memiliki kreativitas yang
tinggi.Mereka biasanya sering kali ditemukan di bisnis yang membutuhkan
kreativitas seperti ada perusahaan periklanan, web design, dll.
Personality
Alert: Wirausaha tipe ini bisa jadi terlalu sensitif terhadap respon pelanggan
kita, walaupun kritik dari mereka bersifat membangun.
5.
The Visionary.
Sebuah
usaha yang dibangun oleh seorang visioner biasanya berdasarkan visi masa depan
dan pemikiran pendirinya. Anda memiliki keingintahuan yang tinggi untuk
mengerti dunia di sekeliling Anda dan akan membuat rencana untuk menghindari
segala macam rintangan.
Personality
Alert: Seorang visioner bisa jadi terlalu fokus pada mimpi mereka dan kurang
berpijak pada realitas. Dan jangan lupa, menyertai visi kita dengan melakukan
tindakan nyata.
6.
The Analyst.
Jika
kita menjalankan bisnis sebagai seorang analis, perusahaan kita biasanya
memfokuskan pada penyelesaian masalah dalam suatu cara sistematis. Seringkali
berbasis pada ilmu pengetahuan, keahlian teknis atau komputer, seorang analis
perusahaan biasanya hebat dalam memecahkan masalah.
Personality
Alert: Hati-hati dengan kelumpuhan analisa. Bekerjalah dengan mempercayai orang
lain.
7.
The Fireball.
Sebuah
usaha yang dimiliki oleh si Bola Api ini biasanya dioperasikan dengan penuh
hidup, energi dan optimisme.Pelanggan merasa perusahaan kita dijalankan dengan
tingkah laku yang menyenangkan.
Personality
Alert: Kita bisa jadi berkomitmen yang berlebihan terhadap tim kita dan
bertingkah laku terlalu impulsif. Seimbangkan keimpulsivan kita dengan rencana
bisnis.
8.
The Hero.
Kita
memiliki kemauan dan kemampuan yang luar biasa dalam memimpin dunia dan bisnis
kita melalui segala macam tantangan.Kita adalah inti dari kewirausahaaan dan
bisa mengumpulkan banyak perusahaan besar.
Personality
Alert: Terlalu mengumbar janji dan menggunakan taktik kekuatan penuh untuk
mendapatkan sesuatu dengan cara kita tidak akan berhasil dalam jangka waktu
panjang. Untuk menjadi sukses, percayailah keterampilan kepemimpinan kita untuk
menolong orang lain menemukan jalan mereka.
9.
The Healer.
Jika
kita adalah seorang ‘penyembuh’, kita bersifat pengasuh dan penjaga
keharmonisan dalam usaha kita.Kita memiliki kemampuan bertahan yang luar biasa
dan keteguhan disertai dengan ketenangan dari dalam.
Personality
Alert: Karena sifat perhatian kita dan kepenyembuhan kita dalam menjalankan
usaha, Kita bisa jadi menghindari realitas di luar sana dan selalu terlalu
berharap. Gunakan skenario perencanaan untuk persiapan datangnya masalah.
Dengan
mengetahui 9 tipe kepribadian dalam menjalankan sebuah usaha, kita bisa lebih
terarah dalam membangun bisnis . Tapi yang tak kalah pentingnya adalah
pengetahuan mengenai seluk beluk bisnis itu sendiri, termasuk bagaimana cara
memasarkannya.
Pada zaman modern seperti sekarang ini pandangan masyarakat
akan sebuah keberhasilan atau kesuksesan mulai mengalami pergeseran. Jika pada
generasi sebelumnya menjadi seorang pegawai baik di instansi pemerintah ataupun perusahaan lainnya dianggap
lebih bergengsi, maka generasi saat ini mulai mengalami pergeseran pandangan
bahwa dengan berwirausaha pun seseorang dapat meraih
kesuksesan. Ditambah lagi sudah banyak contoh orang sukses dari kalangan pengusaha sehingga kewirausahaan pun dianggap sebagai sesuatu yang
menjanjikan dan bergengsi. Terlepas dari masalah kesuksesan ataupun pergeseran
pandangan tersebut, jika kita mau melihat lebih jauh lagi sebenarnya
faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pendorong timbulnya kewirausahaan? Untuk
mengupas lebih jauh masalah pendorong kewirausahaan tersebut, simak lebih
lanjut pembahasan berikut ini : Kewirausahaan terjadi didorong oleh beberapa
faktor, di antaranya kondisi wirausaha (internal), keluarga,
komunitas, bangsa maupun kondisi suatu Negara. Menurut Zimmerer, and
Scarborough, 1998, dalam sebuah komunitas tumbuhnya para wirausahawan dipicu
oleh beberapa faktor yakni :
Faktor ekonomi dan kependudukan.
Seiring dengan perbaikan di bidang ekonomi, sebagian masyarakat dewasa ini
memiliki kecenderungan untuk lebih mandiri dalam berusaha dan hal tersebut
disambut positif oleh masyarakat sehingga lebih menggerakkan wirausahawan dalam
memproduksi barang ataupun jasa. Setiap orang memiliki kesempatan
untuk berusaha yang sama untuk berhasil dan sukses melalui cara memiliki usaha sendiri. Dan dalam hal ini tidak
ada batasan ras, jenis kelamin, usia ataupun status sosial, dan dalam hal
tersebut kewirausahaan menyediakan tempat yang jauh lebih luas dibandingkan
jika seseorang menjadi seorang karyawan atau pegawai.
Faktor Pergeseran perekonomian ke bidang jasa.
Pertumbuhan
di bidang ekonomi pada saat ini mulai mengalami pergeseran. Jika sebelumnya
perkembangan pesat terjadi pada bidang produksi yang mengakibatkan
kecenderungan naiknya jumlah barang yang ada di pasar. Sebagai kelanjutannya kondisi
tersebut akan memicu munculnya usaha memasarkan barang tersebut ke konsumen,
sehingga memiliki kecenderungan meningkatnya usaha
jasa pemasaran
barang.
Faktor Pendidikan kewirausahaan.
Jika
pada era sebelumnya ada semacam anggapan bahwa yang bisa menjadi pengusaha
adalah generasi penerus dari para pemilik usaha atau mitos " entrepreneurs
are born, not made" pada saat ini sudah banyak yang membuktikan bahwa hal
tersebut sudah tidak berlaku lagi. Bahwa kewirausahaan merupakan sesuatu yang
bisa dipelajari dan dipraktikan tanpa wirausaha tersebut harus berasal dari
keturunan seorang wirausaha. Munculnya berbagai institusi pendidikan yang berfokus
atau berkonsentrasi pada ilmu kewirausahaan, beragam media dan cara yang
tersedia yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana mempelajari dunia wirausaha
seperti buku, beragam seminar dsb merupakan
bukti minat masyarakat terhadap kewirausahaan.
Faktor Kebanggan sebagai Wirausahawan.
Dalam
diri seseorang secara alamiah sudah memiliki rasa tanggung
jawab. Baik itu
merupakan tanggung jawab pada sendiri, keluarga dan masyarakat, pada umumnya
hal tersebut akan terdorong untuk melakukan peningkatan nilai kehidupan.
Desakan dan kemampuan dalam diri wirausaha untuk mampu menghidupi diri sendiri,
keluarga, karyawan dan peran aktif di dalam masyarakat akan memunculkan
kebanggaan dalam di ri wirausaha. Keinginan untuk menjadi pionir dalam bidang tertentu
akan mendorong munculnya wirausaha.
Faktor Kemajuan teknologi, peluang internasional dan gaya
hidup bebas
Menciptakan
sesuatu yang baru yang berbeda dari yang telah ada merupakan salah satu
keahlian seorang wirausahawan. Create new and different, kreativitas dan
keinovasian sebagai landasan kewirausahaan akan muncul apabila seorang memiliki
kebebasan dalam berpikir dan bertindak. Peluang internasional didukung oleh kemajuan teknologi
akan memunculkan peluang untuk menciptakan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi
oleh masyarakat luas (internasional). Dibukanya peluang internasional akan
memunculkan transfer manusia, teknologi, barang dan jasa yang memungkinkan
wirausaha menciptakan barang dan jasa ke pasar yang berbeda.
Setelah
membaca uraian di atas, faktor manakah yang dapat memicu diri Anda untuk segera
mewujudkan keinginan Anda menjadi pengusaha yang sukses?
Incoming search terms / Hasil Pencarian Anda :
- faktor-faktor pendorong kewirausahaan
- Faktor yang mendorong berwirausaha
- Faktor apa saja Yg mendorong kewirausahaan ?
- kondisi wirausaha
- kebanggaan diri dalam kewirausahaan
- faktor-faktor pendorong berwirausaha
- faktor pendorong wirausaha
- Faktor pendorong berwirausaha
- faktor pendidikan pendorong entrepreneurship
- faktor meningkatnya kewirausahaan di indonesia
- faktor mendorong untuk berwirausaha
- faktor faktor yang mendorong kewirausahaan berhasil
- faktor faktor pendorong kewirausahaan
- seorang wirausaha didorong beberapa kondisi
Faktor-faktor Pendorong Kewirausahawan
Posted
by Mahmuddin pada Desember 15, 2010
Menurut
Timmons (2008:41), dasar fundamental dari proses kewirausahaan sering dijumpai
pada pola kesuksesan ventura. Selain variasi bisnis, wirausahawan, faktor
geografi, dan teknologi, faktor pendukung utama juga mendominasi proses
kewirausahaan yang dinamis. Sehubungan dengan itu, Timmons mengemukakan lima
faktor pendorong proses kewirausahaan sebagai berikut:
- digerakkan oleh semangat meraih peluang bisnis.
- digerakkan oleh wirausahawan terkemuka dan tim kewirausahaannya.
- hemat dan kreatif dalam menggunakan sumber daya.
- sadar akan perlunya kesesuaian dan keseimbangan.
- terintegrasi dan holistik.
Kelima
hal di atas merupakan komponen proses kewirausahaan terkontrol yang dapat
diukur, dipengaruhi dan diubah. Pendiri dan invenstor memfokuskan diri pada
faktor ini saat melakukan proses analisis risiko dan menentukan upaya perubahan
untuk meningkatkan peluang sukses ventura.
Faktor-faktor
pendorong kewirausahaan
Menurut
Saifudin (2002), faktor pemicu kewirausahaan ditentukan oleh “property light”,
competency incentives, dan environment. Sedangkan menurut Kuncara (2008:1)
faktor pendorong kewirausahaan terdiri atas faktor internal dan faktor
eksternal sebagai berikut:
- faktor internal, yaitu kecakapan pribadi yang menyangkut soal bagaimana kita mengelola diri sendiri. Kecakapan pribadi seseorang terdiri atas 3 unsur terpenting, yaitu: (1) Kesadaran diri. Ini menyangkut kemampuan mengenali emosi diri sendiri dan efeknya, mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri, dan keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri atau percaya diri. (2) Pengaturan diri. Ini menyangkut kemampuan mengelola emosi-emosi dan desakan-desakan yang merusak, memelihara norma kejujuran dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, keluwesan dalam menghadapi perubahan, dan mudah menerima atau terbuka terhadap gagasan, pendekatan dan informasi-informasi baru. (3) Motivasi. Ini menyangkut dorongan prestasi untuk menjadi lebih baik, komitmen, inisiatif untuk memanfaatkan kesempatan, dan optimisme dalam menghadapi halangan dan kegagalan.
- Faktor eksternal, yaitu kecakapan sosial yang menyangkut soal bagaimana kita menangani suatu hubungan. kecakapan sosial seseorang terdiri atas 2 unsur terpenting, yaitu: (1) Empati. Ini menyangkut kemampuan untuk memahami orang lain, perspektif orang lain, dan berminat terhadap kepentingan orang lain. Juga kemampuan mengantisipasi, mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan. Mengatasi keragaman dalam membina pergaulan, mengembangkan orang lain, dan kemampuan membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan, juga tercakup didalamnya. (2) Keterampilan sosial. Termasuk dalam hal ini adalah taktik-taktik untuk meyakinkan orang (persuasi), berkomunikasi secara jelas dan meyakinkan, membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok, memulai dan mengelola perubahan, bernegosiasi dan mengatasi silang pendapat, bekerja sama untuk tujuan bersama, dan menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan kepentingan bersama.
Menurut Timmons (2008:40), wirausahawan harus menjauhi arena
persaingan yang sekiranya tidak menguntungkan dirinya, atau memanfaatkan
potensi yang ada secara kreatif untuk menghasilkan kompetensi. Berusaha
menciptakan pertambahan nilai perusahaan yang disertai aliran arus kas yang
tidak terputus, sehingga menarik minat perusahaan modal untuk berinvestasi.
Menurut Timmons, saat ini terjadi kecenderungan di mana wirausahawan yang telah
sukses membawa pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan yang menjadi nilai
tambah untuk menjadi invenstor terhadap perusahaan pemula yang berpotensi
tinggi. Salah satu kriteria ventura potensial adalah mampu mengidentifikasi
mitra dalam hal pendanaan dan anggota tim inti. Mereka mencari penyandang dana
yang memiliki nilai tambah yakni dapat meningkatkan sumber daya manusia
perusahaan secara keseluruhan. Dari kesemua hal berkenaan dengan proses
kewirausahaan, puncaknya adalah ventura terkait dengan pilihan gaya hidup.
Hidup harus dibuat bahagia, sehingga seseorang bisa hidup sesuai dengan
keinginannya, sementara perusahaan terus berkembang.
Timmons
(2008:41) menggambarkan faktor pendorong yang mendasari kesuksesan ventura baru
melalui tiga faktor yaitu peluang usaha, sumber daya, dan tim. Ketiga faktor
tersebut saling berinteraksi menciptakan keseimbangan sebagaimana
diilustrasikan pada bagan Timmons. Proses kewirausahaan diawali dengan peluang
usaha (bukan uang), strategi, jaringan, tim, atau rencana bisnis. Peluang usaha
terjadi dengan sendirinya di luar kontrol siapa pun. Tugas wirausahawan dan
timnya adalah meramu semua faktor yang ada sehingga terjadi suatu keseimbangan.
Wirausahawan bagai seorang akrobator yang harus menjada tiga buah bola agar
tetap di udara sambil melompat-lompat di atas trampoline. Seperti itulah
kondisi sebuah perusahaan pemula. Rencana bisnis merupakan bahasa dan kode
untuk mengkomunikasikan kualitas dari tiga kekuatan dalan bagan Timmons untuk
mencapai kesesuaian dan keseimbangan.
Dari
bagan di atas, Timmons menganalisis bahwa bentuk, ukuran, dan dalamnya peluang
usaha menentukan bentuk, ukuran dan dalamnya kondisi sumber daya dan tim.
- Peluang usaha, merupakan inti dari proses kewirausahaan. Suatu peluang usaha dianggap baik jika memiliki permintaan pasar, struktur pasar dan ukuran pasar yang baik, besarnya marjin. Ringkasnya, suatu peluang dikatakan memiliki kekuatan bila investor mendapatkan modalnya kembali.
- Sumber daya, yakni potensi dan kompetensi yang didukung oleh kreativitas dan penghematan. Wirausahawan yang sukses adalah yang dapat menghemat modal dan memanfaatkannya dengan cerdik.
- Tim Kewirausahawan, dipimpin oleh wirausahawan yang sudah memiliki pengalaman kerja yang sukses. Menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat, menghargai yang berhasil tetapi juga membantu yang gagal. Menerapkan standar perilaku dan performa yang tinggi pada tim.
Hubungan antara ketiga kekuatan bagan Timmons harus diwarnai
oleh konsep kesesuaian dan keseimbangan. Dengan demikian, tugas wirausahawan
dan timnya adalah meramu semua faktor yang ada sehingga terjadi suatu
keseimbangan. Dalam artian, dia harus bisa menguasai keadaan sehingga bisa
mencapai keberhasilan usaha.
Dasar
dari proses kewirausahaan ada dua, yaitu logika dan trial and error dengan
menggunakan intuisi dan perencanaan. Namun keberhasilan dari suatu proposal
ventura banyak tergantung pada kesesuaian faktor kekuatan yang dapat meyakinkan
investor. Tidak ada waktu yang paling tepat untuk memulai sebuah proses
kewirausahaan. Oleh karena itu, kesigapan dalam melihat suatu peluang dan
keputusan untuk meraihnya memiliki nilai tersendiri dalam proses kewirausahaan.
Tahapan
Proses kewirausahaan
Menurut
Koncoro (2008:2) dan Saifudin (2002), proses terjadinya kewirausahaan terdiri
atas tiga tahapan sebagai berikut:
- Tahap Imitasi dan duplikasi (imitating & duplicating). Pada tahap ini, para wirausaha meniru ide-ide orang lain, baik dari segi teknik produksi, desain, proses, organisasi usaha dan pola pemasarannya.
- Tahap duplikasi dan pengembangan (duplicating & developing). Pada tahap ini, para wirausaha mulai mengembangkan ide-ide barunya, walaupun masih dalam perkembangan yang lambat dan cenderung kurang dinamis.
- Tahap menciptakan sendiri produk baru yang berbeda (creating new and different). Pada tahap ini, para wirausaha sudah mulai berpikir untuk mencapai hasil yang lebih baik lagi, dengan cara menciptakan produk yang baru dan berbeda. Hal ini didasarkan karena wirausaha sudah mulai bosan dengan proses produksi yang ada, keingintahuan dan ketidakpuasan terhadap hasil yang sudah ada.
Faktor-faktor
yang berperan dalam kesuksesan kewirausahaan
Menurut Kuncara (2008:3-4) kunci sukses seorang pengusaha di
dalam memenangkan pasar adalah kekuatan peranan dalam berinovasi dan
menciptakan ide-ide brilian dalam menembus market share. Inovasi
bukanlah berarti menciptakan sebuah produk baru. Inovasi dapat berwujud apa
saja, mulai dari, baik dalam bentuk jasa maupaun produk. Inovasi juga bisa
dilakukan dengan mengamati produk atau jasa yang sudah ada, kemudian melakukan
modifikasi untuk membuat hasil yang lebih baik. Atau dari modifikasi tersebut
akan melahirkan sebuah produk baru lagi. Salah satu metode inovasi adalah ala
Jepang, yaitu dengan prinsip ATM; Amati Tiru Modifikasi.
Untuk
menjadi wirausaha sukses dan tangguh melalui inovasi, maka harus menerapkan
beberapa hal berikut:
- Seorang wirausaha harus mampu beripikir secara Kreatif, yaitu dengan berani keluar dari kerangka bisnis yang sudah ada. Untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
- Seorang wirausaha juga harus bisa membaca arah perkembangan dunia usaha. Misalnya, saat ini sedang maraknya penggunaan Teknologi Informasi dalam dunia bisnis.
- Seorang wirausaha harus dapat menunjukkan nilai lebih dari produk yang dimilikinya, agar konsumen tidak merasa produk yang ditawarkan terlalu mahal.
- Seorang wirausaha perlu menumbuhkan sebuah kerjasama tim, sikap leadership, kebersamaan dan membangun hubungan yang baik dengan karyawannya.
- Seorang wirausaha harus mampu membangun personal approach yang baik dengan lingkungan sekitarnya dan tidak cepat berpuas diri dengan apa yang telah diraihnya.
- Seorang wirausaha harus selalu meng-upgrade ilmu yang dimilikinya untuk meningkatkan hasil usaha yang dijalankannya. Hal ini dapat ditempuhnya dengan cara membaca buku-buku, artikel, internet, ataupun bertanya pada yang ahlinya.
- Seorang wirausaha harus bisa menjawab tantangan masa depan dan mampu menjalankan konsep manajemen dan teknologi informasi. Hal ini bertujuan untuk mempelajari segala situasi bisnis atau usaha yang cepat berkembang dan berubah sangat cepat. Untuk itu perlunya daya kreativitas yang tinggi, analisis yang baik, intuisi yang tajam, kemampuan networking yang mendukung, serta strategi jitu dalam memasarkan produk atau jasa yang dimilikinya.
Saifudin
(2008:3) mengemukakan beberapa faktor penyebab kegagalan kewirausahaan,
sebagai berikut:
- Tidak kompeten dalam manajerial,
- Kurang berpengalaman dalam operasi dan menghasilkan produk
- Lemah dalam pengendalian keuangan
- Gagal dalam perencanaan program bisnis
- Lokasi yang kurang memadai
- Kurangnya pengawasan peralatan
- Sikap yang tidak bersungguh-sungguh dalam usaha
- Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi wirausaha
- Keadaan yang menjadikan pesimistik dalam usaha:
- Pendapatan yang tak menentu
- Kerugian akibat hilangnya modal investasi
- Butuh waktu lama untuk recovery
- Kualitas kehidupan yang tetap rendah meski usahanya mantap
Beberapa
keuntungan yang dapat diperoleh seseorang ketika terlibat dalam wirausahawan
dikemukakan oleh Saifudin (2008:3), sebagai berikut:
- Otonomi, pengelolaan yang ‘merdeka’ membuat wirausahawan menjadi seorang ‘boss’ yang penuh kepuasan.
- Tantangan awal dan motif berprestasi, merupakan pendorong yang baik dan berpeluang untuk mengembangkan konsep usaha yang menghasilkan keuntungan.
- Kontrol Finansial, bebas dalam mengelola keuangan dan merasa sebagai kekayaan miliki sendiri yang dapat diaturnya.
Sedangkan
kerugian yang mungkin dapat dirasakan oleh seorang wirausahawan juga
dikemukakan oleh Saifudin (2008:3) sebagai berikut:
- Pengorbanan personal, pada awalnya wirausaha harus bekerja dalam waktu lama dan sibuk, sedikit waktu untuk keluarganya dan relaksasi.
- Beban tanggung jawab, wirausaha harus mengelola semua fungsi bisnis, baik pemasaran, keuangan, personal, maupun pengadaan dan pelatihan.
- Margin keuntungan yang kecil dan kemungkinan gagal. Wirausaha yang menggunakan modal sendiri, maka profit margin yang diperoleh relative kecil dan ada kemungkinan gagal.
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh National Center for enterpreneural Research
berhasil mengidentifikasi 26 perilaku perusahan-perusahaan potensial yang berkembang
di dunia yang menunjang kesuksesannya. Perilaku-perlaku tersebut, dikelompokkan
dalam empat area utama yaitu perilaku pemasaran, perilaku keuangan, perilaku
manajemen, dan perilaku perencanaan.
Dalam
hal pelaksanaan kewirausahaan, hasil penelitian menemukan menemukan tiga faktor
yang berperan dalam kesuksesan wirausahawan, yiatu:
- Kepribadian. Tidak ada kepribadian ideal untuk menjadi wirausahawan, akan tetapi dia harus memiliki beberapa keterampilan yang bisa dipelajari. Yang diperlukan adalah mengambil keputusan dengan penuh keyakinan. Wirausahawan tidak hanya memiliki sifat kreatif dan inovatif, tetapi juga kemampan manajerial, keterampilan bisnis, dan relasi yang baik.
- Pengalaman. Peneliti meyakini faktor pengalaman sehari-hari dan kecakapan menjadi kunci keberhasilan. Seorang wirausahawan harus mengumpulkan informasi dan bertindak berdasarkan informasi tersebut. Dengan demikian, kesuksesan juga berkaitan dengan persiapan dan perencanaan yang matang.
- Pembimbing, separuh wirausahawan sukses memiliki orang tua yang juga wirausahawan atau panutan.
Dengan
semakin berkembangnya dunia kewirausahaan, maka muncul persepsi umum bahkan
steroetipe tentang wirausahawan sukses seperti mitos-mitos. Namun hasil
penelitian menunjukkan bahwa banyak pendiri perusahaan terkemuka yang menjadi
sukses karena menolak menjadi seperti wirausahawan pada umumnya. Salah satu
contoh mitos dalam kewirausahaan adalah modal merupakan keharusan untuk
perusahaan pemula.
Namun realitasnya, modal akan datang dengan sendirinya bila
wirausahawan memiliki pengalaman dan keterampilan. Oleh karena itu,
kewirusahaan bukanlah suatu tujuan akhir, tetapi suatu jalan untuk bisa melihat
dan meraih peluang usaha yang ada, sekaligus menjadi sarana bagi kaum muda
untuk meraih cita-cita mereka. Dinamika dan kompleksitas proses kewirausahaan
memerlukan suatu kecerdasan tersendiri. Sehingga seorang jenius belum tentu
bisa menjadi wirausahawan sukses, kecerdasan membutuhkan keterampilan dan
sifat-sifat lain yang dibutuhkan dalam berwirausaha.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
- Potensi diri dalam kewirausahaan adalah kemampuan, kekuatan diri baik yang telah terwujud maupun belum yang dimiliki setiap pribadi dalam hal melakukan suatu usaha.
- Sifat bagi seorang wirausaha ada percaya diri, orientasi pada tugas dan hasil, pengambil resiko, kepemimpinan, keorisinilan, orientasi ke masa depan, jujur dan tekun, dan berjiwa besar.
- 9 Tipe Kepribadian wirausaha yaitu:The Improver, The Advisor, The Superstar, The Artist, The Visionary , The Analyst, The Fireball, The Hero, The Healer.
1. Meningkatkan Potensi Terhadap Diri Sendiri
·
Kekuatan
keyakinan (Saddhā Bala) yang dimiliki oleh setiap orang menjadi dasar untuk
melakukan segala aktivitas sehari-hari. Saddhā Bala mempunyai peranan
penting dalam mengerjakan sesuatu. Dengan memiliki Saddhā Bala maka setiap
orang mempunyai rasa percaya diri dalam berwirausaha. Kekuatan keyakinan dan
rasa percaya diri dapat meningkatkan potensi terhadap diri setiap orang. Potensi
yang dimiliki akan memudah dalam berwirausaha, seperti dapat menciptakan
produk-produk baru, mengelola, serta memasarkannya, sehingga usaha dapat tumbuh
dan berkembang.
·
Seorang
wirausaha perlu memiliki saddhā bala karena dapat meningkatkan potensi diri.
Dalam berwirausaha rasa percaya diri dan saddhā bala harus dikembangkan, karena
hal ini dapat meningkatkan potensi yang dimiliki. Apabila potensi yang
dimiliki telah meningkat, maka dapat berwirausaha dengan baik dan mendapatkan kesuksesan.
Dengan mempunyai rasa kepercaya diri dan memiliki saddhā bala
seorang wirausaha akan mengetahui potensi diri yang dimiliki. Dengan
mengenali potensi diri maka dapat menyalurkan bakat dan minat yang dimiliki
untuk mengembangkan usahanya. Potensi diri yang dimiliki dapat memudahkan
seorang wirausaha dalam hal menciptakan produk-produk baru sehingga usaha yang
dijalankan dapat meningkat. Saddhā bala serta rasa percaya diri yang dimiliki
seorang wirausaha dapat meningkatkan potensi diri dan memacu untuk terus
menggali potensi yang ada dalam diri untuk mengembangkan usahanya. Dalam
berwirausaha potensi perlu dimiliki dan dikembangkan, karena potensi sangat
berperan penting dalam berwirausaha. Potensi dapat ditingkatkan melalui
pengembangan saddhā bala.
·
Seorang dalam
menjalankan atau membuka usaha dalam berwirausaha tentunya memiliki suatu
keyakinan bahwa usaha yang dijalankan akan berhasil atau mendapatkan
kesuksesan. Kekuatan keyakinan (Saddhā bala) yang dimiliki harus dikembangkan,
karena hal ini akan membawa manfaat yaitu dapat meningkatkan rasa percaya diri.
Dengan percaya rasa percaya diri potensi yang dimiliki akan semakin meningkat.
Dalam berwirausaha apabila potensi yang dimiliki dapat meningkat dan berkembang
maka akan memudahkan setiap orang dalam menjalankan usahanya.
·
Dalam
berwirausaha apabila Saddhā bala dikembangkan potensi yang dimiliki
akan semakin meningkat. Dengan memiliki saddhā terhadap Buddha, Dhamma, Jalan
Mulia Berunsur Delapan, saṅgha potensi yang dimiliki akan semakin meningkat.
Menjalankan wirausaha setiap orang memiliki keyakinan terhadap diri sendiri,
namun hal ini potensi akan lebih meningkat bila memiliki suatu saddha terhadap
Jalan Mulia Berunsur Delapan. Dalam berwirausaha apabila seseorang
memiliki suatu saddhā terhadap Jalan Mulia Berunsur Delapan (pandangan benar,
pikiran benar, perkataan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, upaya
benar, perhatian benar dan kosentrasi benar) akan memudahkan dalam berwirausaha
karena potensi yang dimiliki akan meningkat. Memiliki saddhā terhadap
pandangan benar maka dalam berwirausaha akan membuat seorang menjalakan
usahanya dengan benar. Memiliki saddhā bala terhadap pandangan benar maka
secara tidak langsung akan memiliki pikiran benar. Memiliki pikiran benar dalam
berwirausaha dapat meningkatkan potensi yang dimiliki sehingga dapat
mengembangkan usaha yang dijalakan dan mencapai keberhasilan. Dengan memiliki
saddhā terhadap Jalan Mulia Berunsur Delapan dapat memperoleh
keberhasilan serta membuat rasa percaya diri dan potensi yang dimiliki
meningkat.
·
Berwirausaha setiap orang harus
mengembangkan saddhā bala karena hal ini dapat meningkat potensi yang
dimiliki. Potensi harus dikembangkan dalam berwirausaha. Potensi yang ada dalam
diri sendiri sangat menentukan setiap orang menuju keberhasilan. Dengan
memperkuat dan mengembangkan saddhā yang dimiliki maka potensi yang dimiliki
dapat meningkat. Apabila potensi yang dimiliki telah meningkat, potensi
akan terus digali sehingga dapat meningkatkan usaha yang dijalankan.
Dengan demikian wirausaha dapat menciptakan produk-produk serta memasarkannya
2 Memiliki Semangat Kerja
Pada dasarnya
setiap orang memiliki semangat dalam menjalankan hidup. Dengan mengembangkan
kekuatan semangat (viriya bala) yang ada dalam dirinya, maka akan terus
bekerja dan selalu konsekuen. Viriya bala akan menimbulkan semangat dalam
bekerja. Hal tersebut sangat berguna bagi seorang untuk melakukan wirausaha,
sehingga usaha yang dijalankan berhasil.
·
Memiliki
keuletan dan ketekunan dalam berwirausaha akan memperoleh hasil yang maksimal.
Dengan memiliki semangat kerja setiap orang tidak akan menelantarkan usaha yang
dijalankan, melainkan selalu berpikir dan berkarya untuk mengembangkan
demi kemajuan usaha.
·
Keuletan dan
ketekunan dalam bekerja sangat dibutuhkan. Seperti dalam berwirausaha, seorang
wirausaha memiliki ketekunan, keuletan dalam melakukan pekerjaan, maka usahanya
akan mendapatkan hasil yang lebih baik. Pada umumnya seorang wirausaha
mempunyai tujuan yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup dan usaha yang dijalankan
akan berhasil. Dengan tujuan tersebut seorang wirausaha selalu beroreientasi
pada tugas, laba, dan selalu memiliki jiwa kreatif dan inovasi untuk
menciptakan produk-produk baru, hal ini seorang wirausaha harus memiliki
kekuatan semangat (viriya bala) dalam bekerja. Dengan memiliki dan
mengembangkan kekuatan semangat (viriya bala) untuk bekerja seorang wirausaha
akan selalu tekun, teliti dalam memulai, mengelola dan menyelesaikan pekerjaan.
·
Dalam
berwirausaha kekuatan semangat (viriya bala) harus dikembangkan hal ini
merupakan salah satu faktor posif dalam bekerja. Dengan memiliki dan
mengembangkan viriya bala seorang wirausaha akan selalu mencari peluang-peluang
untuk memasarkan produknya. Viriya bala apabila dikembangkan secara
berkelanjutan membuat seorang wirausaha terus berkarya dengan menampilkan
produk-produk yang lebih bermutu. Selain hal itu jugaa akan memperoleh manfaat
yaitu memiliki kreativitas dan inovasi untuk mengembangkan usahanya.
Semangat dalam menjalankan tugas maka seorang wirausaha dapat mencapai tujuan
yang ditentukan. Semangat dalam menyusun rencana serta semangat dalam
menjalankan program tersebut, maka akan membuat usaha yang dijalankan
memperoleh kesuksesan.
·
Viriya bala apabila dikembangkan dapat
mengatasi kejenuhan dan kebosenan dalam bekerja. Menjalankan wirausaha setiap
orang harus mempunyai semangat yang tinggi. Dalam berwirausaha setiap orang
harus mengembangkan viriya bala sehingga tidak mempunyai rasa malas, kurang
berusaha untuk menampilkan, memperbarui, menciptakan produk-produk baru. Dengan
viriya bala yang dimiliki maka setiap oarang terus berkaya untuk memperbaruhi produk-produk
baru untuk dipasarkan.
·
Viriya bala jika dikembangkan
akan memiliki semangat bekerja. Seperti salah satu pengusaha di Indonesia
Bob Sadino dengan memiliki semangat dalam bekerja selalu menekuni usaha
pertenakan dan pangan. Bob Sadino dengan memiliki kekuatan semangat (viriya
bala) dapat mengembangakan usaha pertenakan ayam dan mengelola perkebunan
sayur mayur. Selalu tekun, rajin dengan usaha yang dijalankan, Bob Sadino dapat
mengembangkan usaha pertenakan dan pangan. Sehingga memiliki jaringan usaha
Kemfood, Kemchick dan menjadi pemilik tunggal super market Kemchicks.
·
Pengusaha Bob Sadino dalam berwirausaha
memiliki dan mengembangkan Viriya bala. Bob Sudino dengan memiliki viriya
membuka usaha sehingga usaha yang dijalankan mendapatkan kesuksesan.
Bob Sudino membuka usaha pertenakan ayam, awalnya hanya memelihara 50
ayam pemberian dari temannya. Pertama Bob Sudino despresi dengan kegagalan
hidupnya, namun setelah menerima pemberian 50 ayam dari temannya dan
memiliki Viriya untuk melakukan usaha pertenakan. Bob Sudino dengan istri
dalam memelihara ayamnya dengan penuh viriya (semangat) sehingga pertenakan
menjadi berkembang. Selain pertenakan, Bob Sudino berwirausaha dalam bidang
pangan. Dengan mengembangkan viriya bala, Bob Sudino memiliki jaringan usaha
Kemfood dan Kemchick.
·
Bob Sudino dalam berwirausaha mengembangkan
kekuatan semangat (viriya bala) sehingga dapat meraih kesuksesan
hingga memiliki beberapa jaringan usaha. Dengan viriya bala Bob Sudino selalu
menjalakan usahanya dengan tekun, rajin, terus berkarya dan tidak mempunyai
rasa bermalas-malasan. Bob Sudino tidak pernah mempunyai rasa bosan, jenuh
dalam menjalankan usahanya. Dalam usaha pangan Bob Sudino bekerjasama dengan
petani sayur didaerah tertentu. Dengan Viriya bala Bob Sudino selalu menekuni
usaha hingga mencapai keberhasilan yang luar biasa.
·
·
3 Fokus Terhadap Usaha Yang Ditekuni
·
·
Kekuatan
kesadaran (sati bala) dan kekuatan kosentrasi (samādhi bala) yang
dimiliki setiap orang akan membawa manfaat. Dengan mengembangkan sati bala dan
samādhi bala setiap orang akan lebih fokus terhadap usaha yang ditekuni. Fokus
terhadap usaha yang ditekuni maka usaha yang dijalankan dapat berkembang.
Memiliki sati bala dan samādhi bala seorang wirausaha tidak akan mengabaikan
pekerjaan yang sedang dijalankan. Dengan fokus terhadap usaha yang ditekuni
dapat mengatasi kendala-kendala dalam berwirausaha. Seorang wirausaha selalu
berusaha mengembangkan samādhi bala maka mempunyai kemantapan batin dan
kemantapan dalam berpikir sehingga selalu fakus terhadap usaha yang dijalankan.
·
Menjalankan
pekerjaan selalu kosentrasi dan selalu sadar terhadap pekerjaan yang dilakukan.
Seperti seorang wirausaha dalam mengembangkan usaha diperlukan kosentrasi dan
sadar, waspada, menggingat terhadap pekerjaan yang dilakukan. Sadar
terhadap pekerjaan yang dijalankan dan selalu konsentrasi, maka seorang
wirausaha akan fokus terhadap usaha yang ditekuni. Seorang wirausaha fokus
terhadap usaha yang ditekuni maka tidak akan terpengaruh dengan pekerjaan
lainnya. Dengan fokus dan selalu menekuni usaha yang dijalankan maka mempunyai
kemantapan terhadap usaha yang dijalankan, sehingga tidak mudah untuk
berpindah-pindah terhadap usahanya yang lain. Selalu fokus terhadap usaha yang
dijalankan, mudah untuk mengetahui peluang sehingga produk-produk yang dihasil
dapat segera dipasarkan.
·
Mengembangkan
kekuatan kesadaran (sati bala) dalam melakukan wirausaha maka akan lebih fokus
terhadapat usaha yang dijalakan karena selalu menginggat usaha yang dijalankan
saat ini. Dengan mengembangkan sati bala setiap orang akan memperoleh manfaat
yaitu selalu mengingat, sadar dan waspada terhadap usaha yang dijalankan. Sati
bala apabila dikembangkan seseorang dalam berwirausaha maka akan
memperhatikan keuangan dalam perusahaan, sehingga dapat mengontrol pemasukan
dan pengeluaran. Selalu fokus usaha yang dijalankan sehingga dapat mengerti dan
memahami hal-hal mana yang belum diselesaikan.
·
Mengembangkan
kekuatan kosentrasi (samādhi bala) dalam berwirausaha maka memiliki kemantapan
usaha yang dijalankan saat ini. Pada umumnya setelah mengembangkan samādhi akan
memperoleh ketenagan batin dan pandangan terang. Apabila samādhi bala
dikembangkan seseorang dalam menjalakan wirausaha akan mempunyai kemantapan
batin dan kemantapan pikiran untuk menjalakan usaha yang telah didirikan.
Ketenangan batin yang diperoleh dari mengembangkan samādhi membawa manfaat
yaitu lebih fokus dalam menjalakan usaha. Dengan mempunyai kemantapan, baik
kemantapan batin dan kemantapan pikiran maka seorang wirausaha akan selalu
fokus terhadap usaha yang dijalankan.
·
Memiliki sati bala dan samādhi bala membuat
seoarang wirausaha fokus terhadap usaha yang dijalankan. Seperti Sudhamek A.W.S
seorang Presiden direktur Garuda Food dengan mengembangkan sati bala dan
samādhi bala usaha yang dipimpin dapat berhasil. Dengan fokus terhadap usaha
yang dijalankan dapat mengetahui mengetahui peluang yang ada. Sudhamek A.W.S
dalam menjalankan usaha fokus terhadap distribusi serta pemasaranya sehingga
penjualan dapat berkembangkan.
·
Sudhamek A.W.S dalam memimpin Garuda Food
selalu fokus terhadap usaha yang dijalankan sehingga mendapatkan kesuksesan.
Garudafood yang dipimpin Sudhamek A.W.S memiliki dua ratus item produk-produk,
serta berkembang menjadi delapan perusahaan dan kurang lebih mempunyai dua
puluh ribu karyawan. Hal tersebut dapat diperoleh karena Sudhamek A.W.S
selalu fokus terhadap pekerjaan yang dijalankan. Sudhamek A.W.S selalu
mengembangkan sati bala dan samādhi bala sehingga dalam menjalankan selalu
mengontrol, mengingat hal-hal yang perlu diperbaiki. Serta memiliki kemantapan
batin dan kemantapan pikiran terhadap perusahaan yang dijalankan.
·
Sudhamek A.W.S dalam menjalankan perusahaan
Garuda Food hingga mencapai keberhasilan. Hal ini dilakukan Sudhamek A.W.S
dengan selalu perhatian dan waspada serta mengontrol perusahaan, sehingga
selalu fokus terhadap sistem distribusi. Dengan distribusi yang lancar dan
bagus, maka konsumen tidak akan kecewa. Sudhamek A.W.S selalu fokus terhadap
usaha yang dijalankan sehingga produk-produk Garuda Food menguasai pasar
nasional, selain itu produk-produk garuda food diekspor dalam beberapa negara
seperti: Hongkong, Malasiya dan Korea. Sudhamek A.W.S selalu fokus terhadap
hal-hal yang bersangkutan dalam pekerjaan perusahaan. Sudhamek A.W.S memiliki
kemantapan pikiran dan memiliki kemantapan batin. Sehingga selalu fokus
terhadap hal-hal yang bersangkutan dengan perusahaan hingga mencapai
keberhasilan.
·
·
4 Bijaksana dalam Bekerja.
·
·
Kekuatan
kebijaksanaan (paññā bala) dimiliki oleh setiap orang. Kebijaksanaan apabila
dikembangkan oleh setiap orang maka akan mendapatkan manfaat yaitu bijaksana
dalam bekerja. Bijaksana dalam berkerja dapat mengetahui mana yang bermanfaat
serta tidak bermanfaat. Bijaksana dalam berkerja seperti seorang wirausaha
dalam mengambil resiko dilakukan secara bijaksana, sehingga resiko yang diambil
tidak menyebabkan kerugian. Bijaksana dalam berwirausaha yaitu dengan
mengambil resiko tidak tergesa-gesa melainkan dipertimbangkan secara kritis.
Selain hal tersebut, seorang wirausaha dalam menjalankan usaha mendapatkan
saran, pendapat, dengan bijaksana akan memikirkan terlebih dahulu pendapat dan
saran dari pihak lain.
·
Bijaksana dalam
berwirausaha tidak akan merugikan orang lain. Seorang yang bijaksana dalam
bekerja selalu mengambil langkah-langkah yang baik untuk mengembangkan
usahanya. Bijaksana dalam mencari peluang untuk memasarkan produk-produk
barunya sehingga tidak merugikan pihak lain.
·
Kebijaksanaan
sangat dibutuhkan dalam menjalankan berbagai pekerjaan. Seperti dalam
berwirausaha, seorang wirausaha harus mempunyai kebijaksanaan. Kebijaksanaan
sangat diperlukan, karena dalam menjalankan suatu usaha pasti mendapatkan
pendapat atau saran dari pihak lain. Dengan memiliki kebijaksanaan
seorang wirausaha tidak langsung menerima saran, pendapat dari orang lain
melainkan harus mencari kebenarannya, dan berpikir secara realitis apakah nanti
bermanfaat bagi kemajuan usahanya. Dalam berwirausaha suatu pengambilan resiko
pasti dialami, dengan memiliki kebijaksanaan seorang wirausaha akan mengambil
resiko dengan penuh pertimbangan tidak tergesa-gesa, sehingga usaha yang
dijalankan dapat tumbuh dan berkembang.
·
Mengembangkan paññā bala dalam berwirausaha
dapat meningkatkan kebijaksanaan dalam bekerja. Dalam berwirausaha apabila
mempunyai kebijaksanaan dalam memimpin perusahaan maupun dalam bekerja maka
akan membuat perusahaan yang dipimpinnya akan lebih tumbuh dan bekembang.
Seorang wirausaha apabila dalam bekerja mengembangkan paññā bala maka akan
memiliki kebijaksanaan dalam bekerja. Kebijaksanaan dalam berwirausaha dapat
dilihat dari merencanakan, menyusun program-program untuk kemajuan usahanya,
disini kebijaksanaan yang dimiliki berperan penting dalam mengambil
keputusan, pengambilan resiko akan lebih memperkecil suatu kegagalan.
Menggunakan paññā dalam pengambilan resiko maka lebih mengetahui bahwa
keputusan yang akan diambil membawa manfaat bagi perusahaannya atau tidak,
karena dengan memiliki kebijaksanaan seorang tersebut memiliki pandangan benar
dan pikiran benar.
·
Memiliki pikiran benar
serta pandangan benar maka telah memiliki paññā, dengan pikiran benar dan
pandangan benar seorang wirausaha akan selalu bertindak secara benar dalam
mempimpin karyawannya. Mengembangkan pikiran benar serta pandangan benar
maka dapat memperoleh paññā. Dengan paññā yang dimiliki wirausaha yang
dijalankan akan lebih tumbuh dan berkembang. Berwirausaha Paññā perlu dimiliki,
dengan pañña akan timbul suatu pengetahuan sehingga dalam mengambil langkah,
keputusan serta menyusun rencana tersusun dengan rapi dan benar.
·
Kekuatan bijaksana (paññā bala) yang
dikembangkan membuat Ciputra meraih kesuksesan. Dalam mengembangkan usaha
Ciputra menggunakan kebijaksanaan sehingga proyek usaha Jaya Group berhasil.
Dengan memiliki kekuatan (paññā bala) selalu membangun Taman Impian Jaya Ancol
(TIJA) dengan secara bijaksana dalam menambah fasilitas di TIJA. Dengan menerapkan
Pañña bala proyek yang dijalankan Ciputra berhasil dan dapat tumbuh serta
bekembang.
·
Ciputra pengusaha Taman Impian Jaya Ancol
(TIJA) meraih sukses dalam usahanya. Sebelum meraih kesuksesan Ciputara
mengalami kegagalan dalam usahanya. Krisis pada tahun 1997 Ciputra
mengalami suatu kegagalan dalam mempimpin tiga group: Jaya group, Metropolitan
group dan Ciputra group. Namun, dengan bijaksana mengetahui bahwa dalam dunia
usaha kalu tidak mengalami keberhasilan pasti mengalami kegagalan. Ciputra
selalu mempunyai prinsip dalam bekerja bahwa selama bekerja selalu semangat dan
berbuat benar, pasti akan ada jalan keluarnya dalam menjalakan usaha.
Ciputra sangat bijaksana dalam memimpin kurang lebih empat belas ribu
karyawan. Dalam membangun fasilitas yang baru untuk perkembangkan Taman
Impian Jaya Ancol (TIJA) sangat direncakan secara serius. Dengan membangun
tempat-tempat hiburan terlebih dahulu Ciputra secara bijaksana menyusun
langkah-langkah tertentu, sehingga usaha yang dijalankan dua puluh tahun
kemudian dapat berkembang seperti sampai saat ini. Hal tersebut karena tidak
lepas dari Ciputra yang selalu mempunyai pikiran benar dan pandangan benar dan
mempunyai prinsip dalam menjalakan usaha.
·
Pikiran benar serta pandangan benar yang
dikembangkan oleh Ciputra dapat digunakan dalam mengembangkan usaha. Mempunyai
dua hal tersebut sehingga memiliki kebijaksanaan. Kebijaksanaan yang dimiliki
Ciputra dalam bekerja dapat ditujukan melalui salah satu prinsip dasarnya
untuk menjalankan usahanya, selain itu Ciputra dalam membangun, menambah tempat
hiburan selalu bepikir secara bijaksana. Dengan mengembangkan paññā bala yang
dimiliki, Ciputra membangun Taman Impian Jaya Anjol (TIJA) sampai memperoleh
kesuksesan sampai saat ini. Dalam membangun tempat-tempat hiburan yang baru
Ciputra memiliki suatu strategi, dan dengan bijaksana merencanakan serta
melakukan program yang telah ditentukan.
·
·
5 Mengembangkan Hasil Untuk Kemajuan
Usaha
·
·
Setiap orang dalam
melakukan pekerjaan tentunya memiliki tujuan untuk mendapatkan penghasilan.
Dengan melakukan pekerjaan secara sungguh-sungguh maka akan memperoleh
hasil yang maksimal. Penghasilan yang diperoleh agar bermanfaat digunakan
secara baik dan tepat.
·
Setiap orang
mendapatkan penghasilan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dirinya
sendiri, menujang kebutuhan keluarga, mengembangkan usaha sehingga hasil yang
diperoleh dapat bermanfaat. Seorang wirausaha apabila mendapatkan laba atau
penghasilan dibagi secara tepat dan benar sehingga dapat mengembangkan usaha.
Berwirausaha faktor utama adalah modal, sehingga dalam mendapatkan keuntungan
harus dibagi secara benar. Penghasilan dapat digunakan untuk menambah modal
usaha, sehingga usaha yang dijalankan akan tumbuh dan berkembang. Dengan
demikian seorang wirausaha harus mengunakan hasil yang diperoleh dengan
disiplin, tidak terlalu boros dan mendahulukan kebutuhkan dari pada keingginan.
·
Berwirausaha dalam
mendapatkan penghasilan dibagi secara tepat sehingga dapat mengembangkan usaha.
Hal ini dibagi menjadi empat bagian pertama seperempat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, seorang wirausaha harus mengunakan penghasilan seperempat
bagian untuk memenuhi kebutuhanya sendiri dan kebutuhan keluarga, selanjutnya
setengah bagian digunakan untuk menambah modal untuk usaha. Dengan menambahkan
setengah bagian dari penghasilan kedalam modal kerja hal ini akan membuat usaha
semakin tumbuh dan berkembang. Semakin banyak modal serta mengelola keuangan
usaha secara tepat dan teratur, maka penghasilan akan maksimal. Seperempat
bagian lagi disimpan untuk kepentingan mendadak, berwirausaha tidak selama akan
berjalan sesuai harapan yang diinginkan, maka seperempat bagian ini dapat
digunakan. Apabila mengalami kebangkrutan tetap dapat menjalankan usaha.
·
Dalam berwirausaha penghasilan yang diperoleh
dapat dijadikan untuk menambah modal. Penghasilan yang peroleh lima puluh
persen dapat ditambahkan kedalam modal usaha. Modal dalam berwirausaha
merupakan salah satu faktor keberhasilan. Dengan menggunakan modal untuk
mengembangkan usahanya maka usaha yang dijalankan dapat tumbuh dan
berkembang. Penghasilan yang diperoleh agar bermanfaat, seorang wirausaha
membagi menjadi dibagi menjadi empat bagian. Setengah atau lima puluh persen
untuk mengembangkan usaha yang dijalankan. Dalam hal ini seorang
wirausaha dengan bijaksana menggunakan hasil dan mengembangkan hasil yang
diperoleh untuk kemajuan usaha.
Maaf sebelumnya,
BalasHapusItu sumbernya dari buku atau internet iya ?